Blogger Widgets

Economic News

Survei BI: Pertumbuhan Kredit Diyakini 15,7%
Senin, 12 Januari 2015 - 19:52 wib


Survei BI: Pertumbuhan Kredit Diyakini 15,7%. (Foto: Okezone)  
JAKARTA - Rata-rata pertumbuhan kredit pada tahun 2015 diyakini sebesar 15,7 persen, lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit per November 2014 yang sebesar 11,9 persen (yoy).
"Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi menjadi pendorong utama menguatnya optimisme terhadap pertumbuhan kredit 2015, meskipun suku bunga kredit dan resiko penyaluran kredit masih cukup tinggi," demikian terungkap dalam Laporan Survei Perbankan Triwulanan IV-2014 oleh Bank Indonesia (BI), Selasa (12/1/2015).


Peningkatan permintaan kredit baru terutama terjadi pada sektor konstruksi sejalan dengan semakin banyaknya proyek pembangunan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
Pada triwulan I-2015, responden survei memperkirakan pertumbuhan kredit mengalami perlambatan seiring masih rendahnya kebutuhan pembiayaan dari nasabah.
Sementara itu, tren kenaikan suku bunga kredit diperkirakan masih berlanjut pada triwulan I-2015. Responden memperkirakan bahwa rata-rata suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi pada triwulan I-2015 akan mengalami kenaikan masing-masing sebesar 11 bps, 16 bps, dan 7 bps.

http://economy.okezone.com/read/2015/01/12/457/1091283/survei-bi-pertumbuhan-kredit-diyakini-15-7




Rupiah Dibuka Tertekan ke Rp12.628 per USD
Kamis, 15 Januari 2015 - 10:03 wib


Ilustrasi Rupiah. (Foto: Okezone)
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka masih berada dalam tekanan. Padahal, dolar AS tengah berada dalam tekanan lantaran penjualan ritel mengecewakan.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Kamis (15/1/2015), Rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF) melemah 14 poin atau 0,11 persen ke Rp12.628 per USD. Pagi ini, Rupiah bergerak di kisaran Rp12.586-Rp12.632 per USD.
Angka penjualan Ritel AS mengecewakan dolar AS, akibatnya dolar AS turun ke level terendah empat pekan terhadap yen, setelah penjualan ritel AS mencatat penurunan terbesar dalam hampir setahun terakhir pada Desember.
Hal ini memunculkan keraguan akan kenaikan suku bunga lebih cepat dari the Federal Reserve. Sebaliknya, yen Jepang ditopang oleh peningkatan aset safe haven akibat harga komoditas yang memberikan sinyal perlambatan ekonomi global.
Sayangnya, rally di bursa saham Jepang telah mengurangi permintaan untuk aset haven. Yen Jepang melemah terhadap 16 mata uang utama karena indeks saham Jepang menguat 0,4 persen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar